Ramadhan : Bulan tarbiyah itu muncul kembali

esok akan terubatlah rindu aku untuk sekian tahun. setiap tahun inilah masa yang aku tunggu. untuk apa? ya... bagi aku inilah masanya untuk aku buang segala sifat mazmumah yang ada dalam diri aku. pada penghulu segala bulan ini segala doa akan di makbulkan Allah bahkan segala nilaian ibadah kita akan digandakan. ya... apatah lagi ibadah sunat yang kita lakukan.

ramadhan datang dengan begitu tenang... mungkin bagi aku sedikit sedih dek kerana pemergian sahabat sepejabat aku. tapi kehidupan harus diteruskan. beliau sudah pasti pengakhir hayatnya. aku masih tak tau di manakah noktah hidup aku... baikkah atau burukkah penutupnya.

aku berharap ramadhan yang bakal menjelma esok akan mengubah diri aku kepada diri yang lebih baik dari amal ibadah sehinggalah muamalah. dan aku berharap aku masih dapat bertemu ramadhan yang akan datang.

untuk peringatan diri aku...

setiap amalan perlu dengan niat.... dan sudah pasti niat hanyalah semata-mata dirafakkan kehadrat ilahi rabbi dengan seikhlas mungkin. dan sudah pasti niat yang diazamkan itu untuk berpuasa, bukan untuk selain dari itu. ya... niat adalah azam yang hebat untuk melaksanakan ibadah tertentu hanya pada Allah dalam situasi ini ibdaha itu adalah ibadah puasa...

bila dah niat tu... bersahurlah... kerana bersahur itu amat penting dan amat di tuntut. ya... tak perlu nak paksa makan nasi... tapi sekurang-kurangnya air kosoang dan kurma atau palingggg kurang teguklah air kosong.... janganlah sampai tak makan or minum langsung.

فَصْلُ مَا بَيْنَ صِيَامِنَا وَصِيَامِ أَهْلِ الْكِتَابِ أَكْلَةُ السَّحَرِ

“Perbedaan antara puasa kita (umat Islam) dan puasa ahlul kitab terletak pada makan sahur.”[5] At Turbasyti mengatakan, “Perbedaan makan sahur kaum muslimin dengan ahlul kitab adalah Allah Ta’ala membolehkan pada umat Islam untuk makan sahur hingga shubuh, yang sebelumnya hal ini dilarang pula di awal-awal Islam. Bagi ahli kitab dan di masa awal Islam, jika telah tertidur, (ketika bangun) tidak diperkenankan lagi untuk makan sahur. Perbedaan puasa umat Islam (saat ini) yang menyelisihi ahli kitab patut disyukuri karena sungguh ini adalah suatu nikmat.”[6]

[5] HR. Muslim no. 1096.
[6] ‘Aunul Ma’bud, 6/336.

sumber: http://www.soaljawabpuasa.co.cc/2009/02/mari-mengamalkan-sunnah-puasa.html klik sini
kemudian laksanakanlah ibadah puasa dengan meninggalkan segala larangan dan menambah nilai tambah denga perkara sunat yang di tuntut...

berbuka puasa amatlah menyeronokkan... itulah waktu ujian kemuncak dan paling kritikel bagi aku. waktu itu adakah aku dapat menahan amarah nafsu untuk makan.... inilah saat yang aku ingin kawal untuk puasa kali ini

do’a berbuka,

اللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ

“Allahumma laka shumtu wa ‘ala rizqika afthortu (Ya Allah, kepada-Mu aku berpuasa dan kepada-Mu aku berbuka)”[20] Do’a ini berasal dari hadits hadits dho’if (lemah).

do’a berbuka lagi,

اللّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ

“Allahumma laka shumtu wa bika aamantu wa ‘ala rizqika afthortu” (Ya Allah, kepada-Mu aku berpuasa dan kepada-Mu aku beriman, dan dengan rizki-Mu aku berbuka), Mula ‘Ali Al Qori mengatakan, “Tambahan “wa bika aamantu” adalah tambahan yang tidak diketahui sanadnya, walaupun makna do’a tersebut shahih.[21] Sehingga cukup do’a shahih yang kami sebutkan di atas (dzahabazh zhomau …) yang hendaknya jadi pegangan dalam amalan.

[20] HR. Abu Daud no. 2358, dari Mu’adz bin Zuhroh. Mu’adz adalah seorang tabi’in. Sehingga hadits ini mursal (di atas tabi’in terputus). Hadits mursal merupakan hadits dho’if karena sebab sanad yang terputus. Syaikh Al Albani pun berpendapat bahwasanya hadits ini dho’if. (Lihat Irwaul Gholil, 4/38)
Hadits semacam ini juga dikeluarkan oleh Ath Thobroni dari Anas bin Malik. Namun sanadnya terdapat perowi dho’if yaitu Daud bin Az Zibriqon, di adalah seorang perowi matruk (yang dituduh berdusta). Berarti dari riwayat ini juga dho’if. Syaikh Al Albani pun mengatakan riwayat ini dho’if. (Lihat Irwaul Gholil, 4/37-38)
Di antara ulama yang mendho’ifkan hadits semacam ini adalah Ibnu Qoyyim Al Jauziyah. (Lihat Zaadul Ma’ad, 2/45)
[21] Mirqotul Mafatih, 6/304.

sumber: http://www.soaljawabpuasa.co.cc/2009/02/mari-mengamalkan-sunnah-puasa.html klik sini
untuk semua..... selamat berpuasa...

0 comments:

[ Empunya Blog ]

My photo
Ada apa pada nama... nama memberi ruang kepada si pemakainya untuk menterjemahkan sifat atau sikap yang terkandung disebalik nama. Pengenalan bermula dengan sapaan dan diikuti dengan persefahaman. salam ziarah buat semua

: : Tentang Blog : :

Blog ini adalah sebahagian daripada perkongsian aktiviti seharian aku. Kebanyakannya untuk paparan teman yang jauh dan dekat bagi meneruskan kelangsungan persahabatan.